Islam Itu Indah

Rabu, 16 November 2016

Hukum Berdasarkan Mimpi

Selamat sore sobat Abu Nawas semuanya...
Sebelumnya admin minta maaf ya karena sudah dua bulan lamanya blog Abu Nawas tidak memberikan update artikel sama sekali. Tapi sekaranglah saatnya ada bacaan baru yang lucu untuk disimak.

Bukanlah Abunawas namanya kalau kehabisa akal pada saat terdesak dan terjepit meskipun dikelilingi pembesar-pembesar kerajaan tapi tetap saja akalnya main demi menunjukknan kebenaran ke semua orang tiada salahnya kan. Salah satu kisahnya adalah ketika Abu Nawas harus menghentikan sepak terjang sang hakim yang tidak adil sama sekali yaitu Hukum Berdasarkan Mimpi.

Kisahnya

Pada suatu sore, Abu Nawas tampak sedang mengajar murid-muridnya dan datanglah dua orang tamu yang datang ke rumahnya. Yang pertama adalah wanita tua penjual kahwa, sedangkan yang satunya adalahseorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata hanya beberapa kata saja kemudian diteruskan oleh pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya untuk menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian dan ajaklah teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu," ujar Abu Nawas.

Meskipun para murid merasa heran dengan perintah gurunya, namun mereka tetap patuh dengan perintah sang guru.

Pada malah harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta sang guru.

Merusak Rumah

Lalu Abu Nawas memerintahkan mereka untuk merusak rumah Tuan Kadi yang baru saja terpilih. Abu Nawas juga mehegaskan bahwa mereka harus mrobohkan rumah tersebut, bahkan kalau ada yang menghalangi haruslah mereka lawan.

Setelah mendapatkan arahan dari Abu Nawas, para muridnya langsung menuju rumah Tuan Kadi. Mereka menghancurkan rumah Tuan Kadi dengan kalap. Masyarakat sekitar yang melihat ulah mereka merasa heran dan mereka tidak berani mencegah sama sekali.

Melihat rumahnya dirusak, tuan kadi marah besar namun tak berdaya.
"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku!
"Guru kamu, Tuan Abu Nawas!" jawab mereka sambih merobohkan rumahnya hingga benar-benar rata dengan tanah.
"Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda," teriak Tuan Kadi penuh amarah.

Benar, pada keesokan harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian malam itu sehingga Abu Nawas dipanggil agar segera menghadap raja.

Baginda raja menanyakan apa alasan Abu Nawas melakukan perusakan tersebut. Namun bukan Abu Nawas jika tidak memiliki jawaban yang unik.

Karena Mimpi

Dijelaskan oleh Abu Nawas bahwa dia melakukan pengrusakan karena beberapa hari yang lalu bermimpi dan di dalam mimpi tersebut, tuan kadi memintanya untuk merusak rumahnya karena ingin rumah yang baru.

Lalu sang raja menanyakan bagaimana Abu Nawas dapat hukum hanya berdasarkan mimpi saja.
Mendengar pertanyaan itu Abu Nawas dengan tenang menjawab,
"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku."

Mendengar perkataan Abu Nawas, seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat.a hanya terdiam seribu bahasa saja.
"Hai Kadi, benarkah engkau mempunyai hukum seperti itu?" tanya sang raja.
Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat dan tubuhnya gemetaran karena takut.

Kemudian Abu Nawas diminta untuk menjelaskan
Dengan tenang Abu Nawas menceritakan bahwa ada seorang pemuda Mesir darang dengan harta melimpah ruah. Namun kemudian dia bermimpi menikah dengan anak Tuan Kadi. Dia memberikan mas kawin yang sangat banyak. Lalu mimpi itu cepat menyebar dan sampai ke telinga Tuan Kadi.

Lalu Tuan Kadi memanfaatkan mimpi itu dengan meminta harta pemuda itu untuk mas kawin anaknya. Padahal itu hanyalah mimpi belaka sedang menurut Tuan Kadi itu harus dilakukan, sehingga pemuda itu jatuh miskin.

Setelah cross ceck dengan mendatangkan pemuda Mesir itu, akhirnya raja sadar jika kadi yang ditunjuknya itu adalah orang zalim. Kemudian raja memberikan hukuman mengambil harta kadi dan diberikan kepada pemuda Mesir tersebut.

Tuan Kadi dijebloskan ke dalam penjara karena telah berbuar zalim dan menyalahgunakan wewenang.

Itulah kisah Abu Nawas yang berjudul "Hukum Berdasarkan Mimpi".

Telur Beranak : Menipu Balik Tuan Tanah

Selamat sore kawan...
Kita sua kembali dengan kisah-kisah yang lucu tentang petualangan Abu Nawas yang cerdik. Selalu saja ada cara untuk menghadapi ketegangan antara lawan maupun kawan.

Abu Nawas memiliki tetangga yang sangat kikir dan serakah, dia pun ingin memberikan pelajaran agar tetangga yang berprofesi sebagai tuan tanah tersebut bertobat. Bagaimana kisahnya ya,

Kisahnya

Pada suatu sore, Abu Nawas duduk di beranda rumahnya sambil memandang langit. Abu Nawas berpikir bagaimana caranya agar sore itu keluarganya bisa dapat makan.

Sementara itu, dalam jarak puluhan meter dari rumah Abu Nawas, seorang tuan tanah tinggal. Rumahnya mewah, lengkap dengan gudang makanan dan peternakan serta perkebunan yang luas. Hamppir semua warga di kampung itu, bahkan termasuk Abu Nawas, bekerja kepada tuan tanah tersebut.

Namun, tuan tanah itu memiliki sifat yang kikir serta tamak.

Telur Bisa Beranak

Tuan tanah itu mendengar berita bahwa Abu Nawas memiliki keahlian yang unik.
Apabila meminjam sesuatu akan dikembalikan secara lebih dengan alasan beranak. Seperti meminjam seekor ayam, maka akan dikembalikan dua karena ayam itu beranak. Tuan tanah lalu mencari cara agar Abu Nawas segera meminjam uang darinya.

Kebetulan pada sore itu Abu Nawas ingin meminjam berupa tiga butir telur. Kontan saja tuan tanah senang bukan kepalang karena pinjaman itu akan menjadi banyak nantinya. Bahkan tuan tanah tersebut menawarkan pinjaman-pinjaman yang lain. Akan tetapi Abu Nawas menolaknya karena dia hanya butuh tiga butir telur itu saja. 

Saat tuan tanah menanyakan kapan telur itu akan beranak, Abunawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.

Lima hari berlalu, Abu Nawas pun mengembalikan telur yang dipinjamnya dengan lima butir telur. Tuan tanah sangat senang dan dia menawarkan pinjaman lagi. Abu Nawas pun meminjam piring tembikar sebanyak dua buah dan tuan tanah itu dengan senang hati meminjamkannya dengan harapan piring tembikarnya beranak kayak telur ayam yang dulu.

Lima hari pun berlalu lagi dan Abu Nawas mengembalikan piring tembikar sebanyak tiga buah. Walaupun tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi hati si Tuan tanah cukup gembira. Tak apalah piki tuan tanah karena bisa saja orang itu mempunyai anak tunggal bahkan tidak memiliki anak.


Mati Mendadak

Paada hari selanjutnya, si tuan tanah menawarkan pinjaman uang senilai 1000 dinar. Sebuah jumlah yang cukup besar, bahkan bisa untuk menggaji seluruh karyawan tuan tanah selama satu bulan. Dia menanti dengan tidak sabar. Hari berganti hari bahkan lima hari terlewati sudah. Tak terasa sudah berjalan satu bulan dan Abu Nawas tak kunjung datang ke rumahnya.

Karena tidak sabar, si tuan tanah mendatangi Abunawas dengan didampingi pengawalnya. Mulanya si tuan tanah gembira, namun dia marah besar setelah menerima penjelasan dari Abu Nawas.
"Sayang sekali Tuan, uang yang saya pinjam, bukannya beranak, malah tiga hari setelah saya bawa pulang, mati mendadak," ujar Abu Nawas.

Mendengar itu, si tuan tanah menjadi geram.
Pengawalnya hampir saja memukul Abu Nawas, tapi untung saja tidak jadi karena ada rombongan pekerja yang baru pulang. Tuan tanah mengadukan Abu Nawas ke pengadilan dan berharap Abunawas digantung atau bahkan dihukum rajam.

Di depan hakim, Abu Nawas melakukan pembelaan dengan membeberkan semua duduk persoalannya. Demikian juga dengan si tuan tanah. Pengadilan pun memutuskan bahwa Abu Nawas tida bersalah karena sangat masuk akal kalau sesuatu yang bisa beranak pasti bisa mati. Seketika itu juga tuan tanah yang tamak itu pingsan selama beberapa jaman sulit untuk dibangunkan. Ia telah tertipu karena wataknya sendiri yang kikir, tamak dan pelit.

Demikian Kisah Abu Nawas yang berjudul "Menipu Balik Tuan Tanah".
Subscribe to receive free email update

Membayar dengan Uang Krincingan

Kisah Abu Nawas hadir kembali untuk menghibur para pembaca setia yang budiman. Cuaca yang hujan tak menghentikan langkah admin untuk menulis agar semuanya bisa bergembira dengan cerita lucu membuat perutmu sakit. Makanya jangan terlalu terbahak-bahak ya kawan karena masih ada cerita lucu tiap bulannya hanya di sini.

Nah kali ini admin mengambil judul Abu Nawas membayar dengan uang recehan, uang krincingan logam yang lebih dari dua buah sehingga bisa menimbulkan bunyi cring cring...

Pada waktu persediaan uang Abunawas telah menipis, Abu Nawas merasa perutnya keroncongan. Namun bukanlah Abu Nawas kalau tidak mempunyai trik untuk memenuhi kemauannya tersebut. Bagaiman ceritanya nih.

Kisahnya

Pada suatu ketika Abu Nawas melakukan perjalanan yang panjang. Pada hari itu perutnya belum terisi makanan sedikitpun sehingga tak heran kalau dia merasakan keroncongan dengan amat sangat. Namun dia memeriksa kantong uangnya, dia hanya menemukan beberapa keping uang, sementara perjalannya masih jauh. Bila uang itu digunakan untuk membeli sesuatu, nanti ongkos perjalanannya tidak akan terbayar.

Walaupun tubuhnya lemas karena belum makan seharian, Abu Nawas tetap melangkahkan kakinya meskipun langkahnya gontai. 

Pada saat melihat kedai yang ramai pembeli, Abu Nawas tak kuasa untuk tidak memasukinya. Dari bilik dapur terlihat mengepul asap makanan yang sangat lezat. Abu Nawas langsung menghirup aroma masakan itu dengan kuat-kuat. Dari aromanya , Abunawas sudah membayangkan sajian yang lezat untuk dirinya.

Hal itu diulanginya berkali-kali hingga Abunawas puas.

Aroma Masakan yang Lezat

Setelah Abu Nawas sudah merasa cukup puas dengan aroma masakan yang dihirupnya, dia pun pergi meninggalkan kedai tadi. Dengan senyuman yang tipis, dia keluar dari kedai tersebut.

Tapi, belum jauh dia melangkahkan kakinya meninggalkan kedai itu, tiba-tiba terdengar teriakan dari si pemilik kedai.

"Hai, mau kemana? Bayar dulu!" teriak pemilik kedai.

Mendengar teriakan itu, Abu Nawas menghentikan langkahnya. Dengan tenang sekali dia menghadapi si pemilik kedai. Meskipun dia cukup keheranan kenapa pemilik kedai menghentikan langkahnya padahal dia tidak makan atau minum barang sedikitpun di kedai itu.

"Enak saja main nyelonong pergi, bayar dulu baru boleh pergi,"kata pemilik kedai saat mereka berhadapan.

Uang Kencring-Kencring

Kemudian Abu Nawas menganggukkan kepala tanda setuju dengan kata-kata pemilik kedai. Dengan santainya Abu Nawas merogoh kantong uangnya. Selang beberapa lama, tapi uangnya tidak segera diberikan kepada pemilik kedai. Malah Abu Nawas bermain-main dengan uang recehnya dengan cara mengocok kantong uangnya, lama kelamaan suaranya uang receh terdengar kerincing-kerincing.

"Ayo...mana uangnya...bayar ! "teriak pemilik kedai.
"Baik, ini bayarnya," kata Abu Nawas sambil mengocok kembali uang recehnya sehingga timbul suara kerincing-kerincing.
"Lho, mana uangnya, dari tadi cuma mendengar suaranya saja, "kata pemilik kedai yang semakin geram.

Kemudian Abu Nawas menjawab,
"Itu tadi bayarnya, aku bayar pakai suaranya saja karena di kedaimu aku hanya dapat baunya saja....!"
Mendengar jawaban itu, si pemilik kedai hanya bisa tersenyum dengan malunya.

Hehe...ada saja si pemilik kedai ini. Bagaimana bisa orang hanya mencium aroma masakan dari bilik kedai kok disuruh membayar. Tapi pintar juga Abu Nawas dibayarnya pakai suaranya saja, tidak dengan uang.

Siasat Abu Nawas Menjuarai Lomba Berburu

Pada saat ditantang untuk mencari hewan buruan terbanyak, Abu Nawas tidak mati langkah, Sebaliknya, dengan ide yang cemerlang, dia malah mampu mengalahkan orang yang ingin menyingkirkannya.

Berikut Kisah Lengkapnya

Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid dan para pengawalnya berangkat berburu. Namun belum sampai rombongan ini di tempat tujuan, salah satu pejabat yang bernama Abu Jahil menyusul. Dengan nada terengah-engah dia mengusulkan kapada sang raja agar acara berburu disayembarakan. Mendengar usulan itu raja hanya mengangguk-anggukkan kepala saja.

"Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abu Nawas dan nanti pemenangnya akan mendapatkan sepundi emas. Tapi kalau kalah, hukumannya adalah memandikan kuda-kuda istana selama satu bulan, "tutur Abu Jahil meyakinkan raja.

Mendengar penuturan itu, sang raja langsung menyetujuinya, hitung-hitung perlombaan itu akan memberikan hiburan kepadanya. Maka dipanggillah Abu Nawas untuk menghadap, untuk diberi petunjuk panjang lebar terkait lomba tersebut. Pada mulanya Abu Nawas menolak ajakan sayembara tersebut karena ia tahu ini adalah akal-akalannya Abu Jahil untuk menyingkirkannya dari istana. Namun Raja memaksanya hingga Abu Nawas tak mampu menolaknya.

Abunawas tahu kalau Abu Jahil adalah pejabat istana yang kurang senang dengan keberadaannya. Ia pasti akan mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti. Namun karena kecerdikannya, Abu Nawas malah meladeni dengan senyuman. Abu Jahil yang melihat perubahan raut wajah Abu Nawas menjadi penasaran dibuatnya.
"Mana mungkin Abu Nawas bisa mengalahkannya kali ini, "guman Abu Jahil dalam hati.

Sayembara Dimulai

Akhirnya baginda raja menggiring mereka ke tengah-tengah alun-alun istana. Raja dan selutuh rakyat menunggu, siapa yang akan bakal menjadi pemenangnya dalam lomba berburu ini. Terompet adu ketangkasan pun ditiup. Abu Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara.

Anehnya, Abu Nawas justru sebaliknya, dia dengan santainya menaiki kudanya sehingga para penonton banyak yang berteriak. Menjelang sore hari, tampaklah kuda Abu Jahil memasuki gerbang istana, ia mendapat sambutan yang meriah dan tepuk tangan dari rakyat yang menyaksikannya.

Di sisi kanan dan kiri Abu Jahil tampak puluhan hewan yang mati terpanah. Abu Jahil dengan tersenyum bangga memperlihatkan semua binatang buruannya di tengah lapangan. 
"Aku, Abu Jahil, berhak memenangkan lomba ini. Lihatlah binatang buruanku banyak. Mana mungkin Abu Nawas mengalahkan aku?" teriaknya dengan lantang yang membuat para penonton semakin ramai bertepuk tangan.


Ribuan Semut

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda Abu Nawas. Semua orang meneriakinya dan menertawakannya karena kuda tunggangan Abu Nawas tidak membawa seekor hewan buruan pun. Namun Abunawas tak tampak gusar sedikitpun, malah ia tersenyum dan melambaikan tangan.

Kemudian raja menyuruh dua orang pengawalnya untuk menghitung jumlah binatang buruan yang didapatkan oleh kedua peserta. Kesempatan pertama, pengawal menghitung jumlah hewan buruan yang didapatkan oleh Abu Jahil.
"Ttiga puluh luma ekor kelinci, titambah lima ekor rusa dan dua ekor babi huta. Total mendapatkan empat puluh dua hewan buruan, "kata pengawal yang menghitung.
"Kalau begitu, akulah pemenangnya karena Abu Nawas tak membawa seekor binatang pun, "teriak Abu Jahil dengan sombongnya.

"Tenang....tenang..., aku membawa ribuan hewan buruan. Jadi jelaslah aku pemenangnya, dan engkau wahai Abu Jahil, silahkan memandikan kuda-kuda istana. Menurut aturan lomba, semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya, "kata Abu Nawas sambil membuka bambu kuning yang sudah diisi dengan ribuan semut merah.

"Jumlahnya sangat banyak Baginda, kami tak sanggup menghitungnya lagi, "kata pengawal kerajaan yang menghitung jumah semut itu.
Melihat kenyataan itu, tiba-tiba saja Abu Jahil jatuh pingsan. Baginda Raja Harun tertawa terpingkal-pingkal dan langsung memberi hadiah kepada Abu Nawas.

"Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan kelicikan."

Cara Menghitung Bulu Ekor Keledai

Pada suatu hari yang cerah, ada tiga orang bijak dan pandai pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak, dan sampailah mereka di desa Abu Nawas. Ketiga orang itu sudah terkenal pintar namun licik. Untuk menghadapi ketiga orang itu, para penduduk desa sepakat untuk menyodorkan Abu Nawas sebagai tandingan mengadu kepintaran.

 Kepandaian Abu Nawas kali ini diuji oleh tiga orang bijak. Salah satunya adalah mengadu kepandaian dengan menghitung berapa jumlah bulu ekor keledai. Abu Nawas tak kekurangan akal, dengan kecerdikannya, Abu Nawas berhasil mengalahkan tiga orang bijak itu.

Sebagai wakil orang-orang bijak di desa tersebut, Abu Nawas dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak dan keinginan penduduk desa sudah diapprove oleh kepala desa. 
"Kalau begitu, besok di lapangan bola kita adu kepintaran antara Abu Nawas dengan ketiga orang bijak itu," kata kepala desa sengan suara yang keras.


Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka berkumpullah penduduk setempat di lapangan bola. Untuk menghormati tamunya, maka pemimping kampung itu memutuskan ketiga orang bijak itu untuk bertanya terlebih dahulu kepada Abu Nawas.

"Sebagai rasa hormat kami, maka kalian bertiga terlebih dahulu diberi kesempatan untuk bertanya kepada Abu Nawas, "kata kepala kampung.

Pertanyaan


Mendapat kesempatan itu, tentu saja ketiga orang itu sangat senang bukan kepalang. Maka dengan sombongnya orang bijak pertama bertanya kepada Abu Nawas.
"Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas yang tolol?"

Tampaknya pertanyaan itu dianggap ringan saja oleh Abu Nawas. Dengan tersenyum Abu Nawas menjawab,
"Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman."

Jawaban Abu Nawas itu membuat orang bijak yang ksdua tidak terima. Ia langsung berkata dengan keras, "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?"
"Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri, "jawab Abu Nawas.

Tampaknya jawaban itu telah membuat orang bijak pertama tertegun dan hanya bisa diam saja. Untuk itulah, tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas.
"Berapa banyak jumlah bintang di langit?"


Lagi-lagi Abu Nawas menjawabnya dengan tenang.
"Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledaiku ini."
Tentu saja jawaban Abu Nawas bikin sakit hati. 

"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? "tanya orang bijak kedua tersebut.
"Nah, kalau tida percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai ini, nanti saudara aka tahu kebenarannya, "jawab Abu Nawas.
"Itu sih bodoh, akal-akalan saja. Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai? "sanggah orang bijak kedua itu.
Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit? "kata Abu Nawas.

Kecerdikan Abu Nawas

Mendengar jawaban itu,si bijak kedua pun tidak bisa melanjutkan. Sekarang tampillh orang bijak ketiga yang katanya paling bijak diantara yang lain. Ia memang agak terganggu oleh kecerdikan Abu Nawas dan dengan ketus ia bertanya,
"Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu."

"Aku tahu jumlahnya. Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut saudara, "jawab Abu Nawas dengan santainya.

"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? "tanya si bijak ketiga lagi.
"Oh itu mudah saja. Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggunt saudara. Nah, kalau sama, mka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru, "jawab Abu Nawas.

Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tak mau menerima cara menghitung tersebut. Kemudian orang-orang desa mengatakan bahwa ternyata Abu Nawas adalah orang yang paling bijak diantara ketiga orang bijak tersebut.

Lima Butir Telur untuk Tiga Orang

Wah Abu Nawas kali ini mendapatkan tantangan untuk membagi lima telur untuk dibagikan kepada tiga orang tanpa harus pecah. Namun, bukanlah Abu Nawas jika tidak mampu memecahkan persoalan yang sulit seperti ini.

Berikut Kisahnya

Pada hari itu, tiba-tiba saja raja merasakan rindu untuk bertemu dengan Abu Nawas. Namun, raja ingin menemui Abunawas di rumahnya, bukan di istana.
"Wahai pengawal, hari ini aku ingin ke rumah Abu Nawas. Sekarang juga kamu ambil kuda yang terbaik, "titah Raja Harun Ar-Rasyid.

Pengawal itu pun meminta penjaga kuda menyiapkan kuda yang terbaik dan dipilihlah kuda yang berwarna putih nan gagah dan terlihat sangat sehat sekali.

Setelah kuda putih itu siap, sang raja langsung menungganginya. Dengan gagah, sang Raja memasuki kota, sang raja menemukan pemandangan bagus. Kota dengan tatanan bangunan yang rapi serta jalanan yang halus.

Tak lama kemudian, rombongan raja sudah hampir sampai mendekati rumah Abu Nawas. Namun Abu Nawas sebenarnya sudah mengetahui akan didatangi oleh raja, info diperoleh dari tetangganya. Untuk itu, Abu Nawas keluar rumah untuk menyambut raja.

Abu Nawas Menyamar Jadi Dewa Bumi

Abu Nawas keluar rumah dengan melilitkan handuk di kepalanya. Ia duduk di pinggir jalan melihat arak-arakan sang raja. Raja tertarik dengan sosok lelaki yang berikat kepala handuk itu dan memerintahkan prajuritnya untuk membawa Abunawas ke hadapannya.

"Siapa kamu?" tanya raja.
"Saya ini Dewa Bumi, "jawab Abu Nawas dengan tenang.
"Nah, lantaran kamu Dewa Bumi, tentunya kamu bisa membesarkan mata prajuritku yang sipit ini. Kalau kamu tidak bisa, kamu akan dihukum pancung, "kata raja.
"Ha..., kalau begitu Baginda ini tidak memahami yang aku maksudkan. Aku ini Dewa Bumi dan bukan Dewa langit. Kalau memang Baginda menginginkan agar mata prajurit Baginda yang sipit itu jadi besar, seharusnya Baginda meminta pertolongan kepada Dewa Langit, karena dialah yang mengurus segala masalah dari pusar ke atas, "jawab Abu Nawas.


"Jika Baginda meminta pertolongan kepadaku, urusanku adalah segala yang berkaitan dengan bagian pusar ke bawahkarena aku ini Dewa Bumi, "jelas Abu Nawas lebih lanjut.

Setelah itu, Raja Harun berbincang dengan Abu Nawas beberapa lamanya. Raja sangat terkesan akan kecerdasan yang dimiliki Abu Nawas. Setelah puas berbincang-bincang, Abu Nawas pun diperbolehkan pulang. Namun, beberapa hari kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya untuk membawa Abu Nawas ke hadapannya.

Lima Telur untuk Tiga Orang

Salah seorang diantara selir raja telah merebus lima butir telur dan raja mengundang Abu Nawas untuk makan bersama. 
"Aku ingin agar kamu yang membagi lima telur ini secara adil dan tanpa harus memecahkan untuk kita bertiga, "kata Raja Harun.

Tanpa ragu-ragu sama sekali, Abu Nawas mengambil lima butir telur tersebut dan berkata,
"Yang Mulia, ini sebutir untuk Baginda sebab Baginda sudah mempunyai dua butir. Saya juga sebutir. Sedangkan yang tiga butir ini untuk istri Baginda, sebab dia tidak punya sebutir pun di bawahnya."

Sejenak raja terdiam, sejurus kemudian Baginda tertawa ngakak dan baru mengerti perkataan Abu Nawas itu. Jawaban Abu Nawas itu menggembirakan hati raja dan setelah makan telur, Abu Nawas diperintahkan untuk pulang dan diberi hadiah.

Abu Nawas Tertipu oleh Pencuri

Kisah Abu Nawas menemani kalian dengan bacaan yang lucu, menghibur serta mendidik. Siapapun bisa membaca artikel blog Abu Nawas tanpa kecuali. Kali ini mengangkat kisah tentang Abu Nawas yang tertipu oleh pencuri. Namun bukan Abunawas kalau tidak dapat membalas tipuan pencuri ini.

Baru kali rasanya Abu Nawas bisa tertipu oleh seorang pencuri, padahal Abunawas orang yang benar-benar diakui kecerdikannya oleh masyarakat di kampungnya. Bukan hanya seorang saja yang mengelabuinya, melainkan empat orang pencuri sekaligus. Abu Nawas mulai goyah akal sehatnya.

Kisahnya

Pada suatu hari, keluarga Abu Nawas benar-benar bokek, tidak punya uang sepeserpun. Tak ada lagi harta benda yang bisa dijual kecuali keledainya. Abu Nawas pun pergi ke pasar untuk menjual hewan kesayangannya itu. Nah, rencana itu ternyata diketahui oleh gerombolan pencuri yang berjumlah empat orang. 

Kemudian gerombolan pencuri itu mulai menyusun strategi untuk mendapatkan keledai tersebut. Pada hari itu, matahari cukuplah terik, dan Abu Nawas naik di atas keledainya tersebut. Dan akhirnya Abu Nawas berjumpa dengan seseorang yang tak lain adalah pencuri tadi dan Abu Nawas tak menaruh curiga sedikitpun.

Antara Keledai dan Kambing


"Bagus ya, kambing kamu, "ujar pencuri pertama saat berpapasan dengan Abu Nawas.
Abu Nawas tak menoleh sedikitpun dan mengira sapaan orang tadi bukanlah ditujukan untuk dirinya. Abu Nawas sangat yakin seratus persen kalau yang ditungganginya itu adalah seekor keledai, bukan kambing.

Abu Nawas meneruskan perjalanan ke pasar. Kemudia dia berjumpa dengan pencuri yang kedua yang memuji kambing yang ditungganginya.
"Haa...haaa..., kambing kok dibilang keledai, "ujar pria itu.
Karena merasa jengkel, Abu Nawas pun melanjutkan perjalanannya.
Di perjalanan, kembali Abu Nawas bertemu dengan seorang pria. 
"Hai, Tuan, kenapa engkau mengendarai kambing?" tanya orang itu.

Kali ini Abu Nawas mulai ragu dibuatnya. Apakah benar keledainya telah berganti dengan kambing apa gimana. Namun dia meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah kambing.
"Apa Anda yakin bahwa yang saya tunggangi ini adalah seekor kambing?" tanya Abu Nawas.
Orang itu meyakinkan bahwa yang dikendarainya tersebut adalah seekor kambing.
"Kalau Anda tidak percaya, silahkan tanyakan saja nanti di pasar," ujar pencuri ketiga itu.

Terjual


Mendengar itu, akal sehat Abu Nawas mulai goyah. Tak lama kemudian, Abu Nawas memutuskan untuk beristirahat sejenak, dia memilih istirahat di bawah pohon yang rindang. Ternyata di bawah pohon yang rindang itu, ada juga seorang pria yang tampaknya juga sedang berteduh dari panasnya terik matahari.

"Wah wah... kambing Anda bagus sekali, apa ada niat untuk dijual?" tanya pria itu yang tak lain adalah pencuri keempat.
Kemudian terjadilah transaksi. Keledai yang dibilang kambing itu akhirnya terjual dengan harga tiga dirham. Dan selanjutnya, Abu Nawas pulang. Bertapa marahnya si istri Abu Nawas mendengar keledainya dijual hanya dengan tiga dirham saja.

Demikianlah kisah Abu Nawas yang telah tertipu oleh empat orang pencuri. Bukanlah Abu Nawas kalau tidak bisa membalas, dan kayaknya akan masih bersambung dengan seri "Balasan Abu Nawas kepada Pencuri".

Abu Nawas Menangkap Harimau Berjenggot

Kisah Abu Nawas hadir kembali menemani pembaca di bulan Mei 2015 ini. Kali ini Abu Nawas mendapatkan misi dari Baginda Raja Harun untuk menangkap dan membawa harimau berjenggot ke hadapan yang mulia. Abu Nawas harus mampu menangkap harimau berjenggot sebelum delapan hari lamanya.

Namun bukanlah Abunawas kalau tak mampu menjalankan misi dari rajanya dan selalu saja berhasil. Misi yang diemban bukanlah hal yang remeh karena kalau gagal pasti raja akan menghukumnya dengan berat.

Kisahnya

Pada suatu hari, Raja Harun terlihat gusar seakan menyimpan amarah. Selang beberapa saat, pengawal raja disuruh untuk membawa Abu Nawas ke hadapannya. Abu Nawas dengan senang hati menerima undangan yang mulia raja. Setelah sampai di hadapan raja, Tuanku Raja Harun memberi perintah dengan lantang.

"Aku ingin sekali melihat harimau berjenggot, dan engkau aku tugaskan untuk menghadirkan harimau berjenggot ke depanku, "titah raja dengan tegas.
"Baiklah yang mulia, saya akan melaksanakan tugas ini, "jawab Abu Nawas.


Sudah wajar, Abu Nawas kali ini serius kalau tidak ingin dipenjara. Dia mengetahui bahwa Raja Harun tidaklah main-main. Abu Nawas bisa menangkap keinginan raja yang tidak masuk akal ini, apalagi waktu yang diberikan kepadanya hanya delapan hari saja. Oleh karena itu, Abu Nawas memeras otaknya agar titah raja bisa terlaksana dengan lancar.

Sesampainya di rumah, Abu Nawas memerintahkan tukang kayu untuk membuat kandang harimau yang kuat. Pengerjaannya berlangsung selam tiga hari dan akhirnya selesailah kandang harimaunya, yang belum ada cuma harimau berjenggotnya untuk mengisi kandang tersebut. Ia berpesan kepada istrinya jika ada tamu berjenggot yang datang, maka harus duduk di kandang tersebut.

Berjamaah di Musala


Pada siang itu, Abu Nawas melaksanakan shalat Zuhur di musala dekat kampunya. Selesai shalat berjamaah, Abu Nawas tak segera beranjak dari tempat duduknya. Akhirnya dia didatangi oleh sang imam.
"Tumben sekali, Anda shalat berjamaah di sini, "kata sang imam.

Abu Nawas tak langsung menjawab, tapi dia menunjukkan raut wajah sedih. Ditanya oleh sang imam kenapa bersedih tapi Abu Nawas enggan menjawab, dan barulah setelah dipaksa mengatakannya, ia mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada sang imam. Sang imam tampak penasaran sekali dan tak sabar ingin mendengar ceritanya.

"Semalam saya cek cok dengan istri dan akupun bertengkar hebat, karena itulah aku ingin meninggalkan rumah dan shalat di musala ini, "ujar Abu Nawas.
Lalu sang imam meminta izin Abu Nawas agar diperbolehkan mendatangi istri Abu Nawas untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, dan Abunawas mengizinkan sang imam. Sang imam dengan cekatan menemui istri Abunawas.

"Wahai adinda, buat apa memiliki suami yang jahat dan miskin, apalagi kehidupan Abu Nawas tidak karuan, jadilah istriku, kamu pasti akan lebih bahagia dan tidak kekurangan apapun, "ujar pria yang sudah lama menginginkan istri Abu Nawas ini.
"Baiklah, jika memang itu kehendak Anda, "ujar istri Abu Nawas.

Kandang Berisi Harimau Berjenggot


Namun tak lama kenudia terdengar suara pintu diketuk oleh orang, dan saat itulah sang imam terkejut dan bingung harus bersembunyi diman. Namun istri Abu Nawas menyarankan untuk bersembunyi di kamar Abu Nawas yang ada kandang harimaunya. Masuklah sang imam ke kandang macan itu lalu ditutupi kain oleh istri Abu Nawas.

Saat Abu Nawas bertanya kepada istri apa yang ada di kandang harimau, dijawabnya tidak ada apa-apa. Setelah waktunya tiba, Abu Nawas membawa kandang harimau beserta imam ke istana dan para penduduk banyak yang menyaksikan karena penasaran seperti apakah wajah harimau berjenggot itu.


Betapa malunya sang imam dengan kejadian seperti itu, dia tetap menyembunyikan wajahnya hingga ke hadapan raja. Sang imam semakin malu ketika baginda raja mencoba menatap wajah sang imam dan buang muka ke arah yang berlawanan. 

"Apa-apaan engkau ini Abu Nawas? Kenapa sang imam bisa ada di kandang ini? "ujar baginda raja.
"Betul Baginda, tahukah Baginda kenapa dia bisa berada di kandang ini? "tanya Abu Nawas.

Lalu Abu Nawas menceritakan kronologis kejadiannya. Betapa sang imam semakin menundukkan kepalanya dan Baginda terlihat murka karena sebagai imam seharusnya dia mampu memberikan contoh dan teladan kepada warga, sebaliknya kok malah mengganggu istri orang yang merupakan perilaku tidak terpuji.

Setelah itu sang imam dicopot dari jabatannya dan Abu Nawas malah diberi hadiah oleh Raja Harun berupa uang emas.